Rata-rata pernikahan yang digelar di Indonesia menyelipkan  upacara adat, seperti berebut daging ayam dan menginjak telur.  Sebenarnya apa maksud dari adat atau tradisi tersebut? Adakah  hubungannya dengan kehidupan pernikahan nantinya?
Berikut ini  arti di balik beberapa tradisi yang kerap dilakukan dalam pesta-pesta  pernikahan di Indonesia:
Merpati
Dalam  rangkaian tata cara sabda nikah pada prosesi pernikahan adat Sunda, yang  dilakukan saat hari-H, terdapat acara Melepas Merpati (Ngaleupaskeun  Japati). Dalam prosesi ini, ibu kedua mempelai berjalan keluar sambil  masing-masing membawa burung merpati. Ibu mempelai wanita membawa  merpati betina, sementara ibu mempelai pria membawa merpati jantan,  kemudian dilepaskan terbang di halaman. Tradisi ini melambangkan bahwa  peran orang tua sudah berakhir hari itu karena kedua anak mereka telah  mandiri dan memiliki keluarga sendiri.
Pintu
Dalam  rangkaian tata cara sabda nikah pada prosesi pernikahan adat Sunda,  yang dilakukan saat hari-H, terdapat acara Buka Pintu. Dalam pernikahan  adat Minahasa, dikenal dengan upacara Toki Pintu (maso minta).
Sebelum  memasuki rumah keluarga pengantin wanita, pengantin pria harus mengetuk  pintu tiga kali. Upacara ini memiliki makna penting khususnya dalam  kehidupan bertetangga. Sebelum bergaul dengan tetangga, kita tentu harus  membuka pintu terlebih dahulu agar diterima sebagai bagian dari  lingkungan kita.
Sapu Lidi
Dalam prosesi  pernikahan adat Sunda yang dilakukan satu hari sebelum hari-H, terdapat  acara Dikeprak (dipukul pelan-pelan) dengan sapu lidi, yang menjadi  bagian dari upacara Ngeuyeuk Seureuh. Makna yang terkandung di dalamnya  adalah agar kedua mempelai saling memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
Selain  itu, dalam prosesi pernikahan adat Sunda yang dilakukan saat hari-H,  ada juga acara Membakar Harupat (lidi). Harupat (Lidi) adalah lambang  sifat lelaki yang keras. Sikap pemarah lelaki yang digambarkan dengan  nyala lidi. Api amarah lelaki itu menjadi padam ketika disiram dengan  air kelembutan seorang wanita. 
Makna yang terkandung di dalamnya  adalah bahwa sifat-sifat pemarah dan tak terpuji (getas harupateun)  bagi lelaki yang akan menjadi tiang dan kepala rumah tangga itu harus  segera dihilangkan sebelum memasuki bahtera rumah tangga.
Uang  Logam
Dalam puncak dari serangkaian acara prosesi  pernikahan adat Jawa Solo, yang menjadi bagian dari upacara Panggih  terdapat acara Kacar-kucur. Dilaksanakan setelah upacara ijab, di mana  kedua mempelai telah dianggap sah menjadi suami istri. Saat acara  tersebut, mempelai pria mengucurkan penghasilan kepada mempelai wanita  berupa uang receh beserta kelengkapannya. Makna yang terkandung di  dalamnya adalah mempelai pria bertanggung jawab memberi nafkah pada  keluarga.
Selain itu ada juga Sawer atau Nyawer. Asal kata nyawer  adalah awer dan ibarat seember benda cair yang biasa di-uwar-awer  (ditebar-tebar). Dulu hanya dilakukan terhadap salah satu pengantin  saja, tapi sekarang dilakukan kepada kedua mempelai di luar kediaman  mempelai wanita. Dan yang disawerkan adalah campuran beras, uang logam,  kunyit, dan permen. Makna yang lebih dalam dari ritual ini adalah  menebar nasihat kepada kedua mempelai sebelum memasuki bahtera rumah  tangga.
Ayam
Adanya ayam pada semua  upacara adat pernikahan biasanya bukan ayam hidup atau ayam mentah tapi  sudah dimasak. Dalam prosesi pernikahan adat Minangkabau, tradisi yang  dilakukan usai akad nikah terdapat acara Mangaruak Nasi Kuniang. Di mana  kedua mempelai berebut mengambil daging ayam yang tersembunyi di dalam  nasi kuning. Makna yang terkandung di dalamnya adalah hubungan kerjasama  antara suami istri harus saling menahan diri dan harus saling  melengkapi.
Sedangkan dalam prosesi pernikahan adat Sunda yang  dilakukan saat hari-H, terdapat acara Huap Lingklung atau Huap Deudeuh  (kasih sayang). Diawali dengan kedua mempelai disuapi oleh kedua orang  tuanya masing-masing. Kemudian kedua mempelai saling menyuapi. Acara  Huap Lingklung diakhiri dengan saling menarik (pabetot-betot) bakakak  ayam (ayam utuh yang dibakar).
Makna yang lebih dalam dari Huap  Lingklung adalah sebagai tanda kasih sayang. Sedangkan makna yang  terkandung dalam pabetot-betot bakakak ayam adalah sebagai simbol  rezeki, siapa yang mendapatkan potongan ayam terbesar konon yang akan  membawa rejeki lebih banyak. Dan setelah itu ayam dimakan bersama,  maknanya adalah rezeki yang diperoleh harus dinikmati bersama.
Telur  & Kendi
Dalam puncak dari serangkaian acara prosesi  pernikahan adat Jawa Solo, yang menjadi bagian dari upacara panggih  terdapat acara Ngidak Endhog. Dilaksanakan setelah upacara ijab, di mana  kedua mempelai telah dianggap sah menjadi suami istri. Saat acara  tersebut, pengantin pria menginjak telur ayam kemudian dibersihkan atau  dicuci kakinya oleh pengantin wanita dengan kendi. Makna yang terkandung  di dalamnya adalah sebagai simbol seksual kedua mempelai sudah pecah  pamornya.
Sedangkan dalam proses pernikahan Adat Sunda, tradisi  itu dinamai Nincak Endog. Prosesinya sama dengan Ngidak Endhog di atas.  Makna yang terkandung adalah sebagai simbol keturunan. Telur adalah  lambang segala awal kehidupan dan simbol kesuburan. Bila dalam acara  tersebut telur yang diinjak pecah, maka pengantin akan segera   mendapatkan keturunan. Sementara mencuci kaki melambangkan penyucian  diri dari segala hal negatif.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar